Mencoba Wisata Susur Sungai di Kalteng yang menantang

Berada di sebuah kapal yang berlayar menyusuri sungai yang jernih, membelah suasana hutan bergambut, sesekali melintas di kawasan perkampungan masyarakat Dayak, sebuah bentuk wisata baru di Kalimantan Tengah (Kalteng). Wisata susur sungai, demikian sebutannya, belakangan ini semakin diminati karena unik dan khas.

Dalam perjalanan menyusuri sungai itu, wisatawan antara lain dapat menjumpai tanaman khas daerah ini, seperti rasau (jenis pandan) yang menghijau, dan berbagai satwa pulau terbesar di tanah air itu. Satwa yang sering dijumpai melalui perjalanan di atas air ini seperti orangutan (Pongo pygmaeus), bekantan (Nasalis larvatus), uwa-uawa (Hylobates sp), lutong, kera abu-abu, dan biawak.

Dari beberapa lokasi wisata susur sungai paling diandalkan bagi kepariwisataan Kalteng adalah susur Sungai Rungan-Kahayan Kota Palangkaraya. Hampir tiap hari, ada saja rombongan pengunjung yang datang untuk menikmati wisata susur sungai. Mereka dibawa menyusuri Sungai Rungan dan Kahayan menggunakan kapal wisata yang telah disediakan.

Kapal yang dioperasikan berbahan kayu Ulin (kayu besi) bertingkat dua memiliki kamar tidur dengan pendingin ruangan, bar, disertai 'live' musik serta tempat bersantai di lantai atas.

Paket wisata tersebut menawarkan objek-objek wisata alam, bukan saja melihat hutan rawa gambut, tumbuhan kayu ulin, kayu balngeran, juga ke lokasi pemancingan, atraksi burung elang, habitat orangutan di Pulau Kaja, dan situs sejarah Dayak yaitu sandung Temanggung Lawak Surapati.
Paket wisata yang ditawarkan cukup terjangkau yaitu mulai Rp 750 ribu untuk 10 orang, sudah termasuk suguhan makanan ringan.

"Biaya tergantung rute yang dipilih serta jumlah anggota rombongan,"  kata Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Provinsi Kalteng, Sadar Ardi, di Palangkaraya.

Berdasarkan sebuah catatan, Kalteng memiliki sedikitnya sebelas sungai besar dengan panjang rata-rata ratusan kilometer, ditambah geografis dan karateristik yang kaya akan hutan tropis dan budaya. Dengan mencermati pangsa pasar wisatawan dan mancanegara dan wisatawan nusantara yang kini mulai kecendrungan menyukai wisata petualangan maka tampaknya jenis susur sungai merupakan pilihan tepat bagi wilayah ini.

Kepala Bidang Parwisata, Disbudpar Kota Palangkaraya, Anna Menur menyatakan objek wisata susur sungai jadi ikon wisata setempat, makanya terus dipromosikan. Promosi wisata susur sungai bukan saja melalui media massa, cetak maupun elektronik, tetapi juga melalui biro perjalanan, bahkan ke agen-agen penerbangan.

Pihak Pemko Palangkaraya melalui Disbudpar kini mencetak ratusan bahkan ribuan eksemplar buku saku kepawisataan Palangaraya yang di antaranya mempromosikan wisata susur sungai tersebut.
Selain itu, Pemko juga menerbitkan brosur, pamflet mengenai wisata susur sungai. Susur sungai dirancang bagi wisatawan yang mencintai alam linkungai serta kehidupan sungai di wilayah Kalteng, khususnya di Palangkaraya.

"Bila anda ke kota kami, kota cantik Palangkaraya tidak akan terasa lengkap tanpa adanya sensasi petualangan susur sungai, di mana anda dapat menyaksikan alam pulau Kalimantan yang sungguh eksotis," kata Anna Menur.

Selain susur sungai Rungan-Kahayan juga kini dipromosikan susur sungai Sekonyer di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Sungai Sekonyer jalur sungai ke areal Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), yang di dalamnya terdapat lokasi rehabilitasi satwa langka orangutan.

Kelebihan Sungai Sekonyer adalah pemandangan alam yang indah juga di sana terdapat spesies binatang yang unik dan menarik. Seperti di Sungai Kumai bagian dari jalur Sungai Sekonyer terdapat jenis pesut, selain itu juga terdapat satwa yang disebut masyarakat setempat sebagai satwa dugong-dugong. Dugong-dugong juga dikenal sebagai sapi laut, karena habitatnya adalah diareal rumput laut di muara sungai.

Selain itu perjalanan jalur Sungai sekonyer dengan kelotok (perahu motor tempel) wisata, perjalanan akan melalui kawasan mangrove didominasi pohon bakau (Rhizophora spp), pohon pidada (Sonneratia spp) yang menumbuhkan akar napas (pneumatophore).

Pohon lain di jalur wisata itu kendeka (Bruguiera spp), serta pohon nirih (Xylocarpus spp).
Mengutip sebuah catatan, Sungai Buaya adalah nama asli Sungai Sekonyer, nama Sikonyer diambil dari nama sebuah kapal yaitu kapal Sikuner. Nama asli kapal tersebut diubah berdasarkan bahasa Melayu menjadi Sekonyer.

Perjalanan jalur sungai ini kemudian menemui kawasan tanaman nipah (Nypa fruticans Wurmb) lalu kawasan pohon rasau, kemudian terus ke Tanjung Harapan Desa Sekonyer, Pesalat tempat pendidikan konservasi, wisata Pondok Tanggui, Pondok Ambung, Muara Ali, Danau Panjang hingga camp Leakey lokasi rehabilitasi orangutan.

Sungguh menakjubkan dan menyegarkan!




sumber  : republika.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih sudah membaca postingan di blog ini.
Silahkan tinggalkan komentar anda.

Terima kasih

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...